Jalan Ke Surga Telah Rata
Dalam pertemuan yang terakhir, kita telah melihat dari buku ke empat kitab Taurat bagaimana Allah sendiri telah memimpin umat Israel sampai mereka tiba di perbatasan Tanah Kanaan, Tanah yang dijanjikan Allah akan menjadi milik keturunan Ibrahim. Tapi, ketika mereka tahu bahwa yang mendiami negri itu adalah bangsa raksasa, umat Israel ketakutan, dan tidak percaya pada janji Allah bahwa negeri itu akan Allah berikan kepada mereka.
Akibat ketidakpercayaan itu, Allah menghukum mereka, Ia berkata kepada mereka: “tidak satu pun dari antara kamu akan masuk ke dalam negeri yang dengan sumpah akan Kujadikan rumahmu, kecuali Kaleb dan Joshua, karena mereka memiliki roh yang lain, dan mengikuti sepenuh hati. Keturunanmulah yang akan mewarisinya, 30 Selain Kaleb dan Yosua, tak seorang pun di antara kamu yang berumur dua puluh tahun ke atas akan memasuki negeri yang Kujanjikan kepadamu itu. 31 Kamu telah berkata bahwa anak-anakmu akan ditawan. Tetapi merekalah yang akan Kubawa ke negeri yang kamu tolak itu, dan negeri itu akan menjadi tanah air mereka. 32 Sedangkan kamu akan mati di padang gurun ini. “
Saudaraku, Allah ingin memberkati umat Israel dengan berlimpah-limpah, tapi Ia tidak dapat melakukan hal itu karena ketidakpercayaan mereka . Karena mereka telah menolak untuk mempercayai apa yang telah Allah janjikan, Allah menghukum mereka dengan membawa umat Israel itu kembali ke padang pasir dan mengembara di sana selama 40 tahun. Mereka mengembara sampai semua orang yang berumur di atas dua puluh tahun waktu peristiwa di perbatasan Kanaan terjadi mati semua.
Sekarang marilah kita lanjutkan melihat kitab Bilangan untuk mengetahui apa yang terjadi pada orang Israel setelah mereka berkelana selama 40 tahun di padang gurun karena ketidakpercayaan mereka.. Dalam pasal yang ke duapuluh kita baca: “1 Dalam bulan satu seluruh umat Israel tiba di padang gurun Zin dan menetap di Kades. Miryam (saudara Musa) meninggal dan dikuburkan di situ.
2 Pada suatu waktu di tempat perkemahan mereka tidak ada air. Maka datanglah orang-orang itu mengerumuni Musa dan Harun 3 sambil mengomel, "Lebih baik sekiranya kami mati di hadapan TUHAN bersama-sama dengan saudara-saudara kami! 4 Mengapa kamu membawa kami ke padang gurun ini? Apakah supaya kami mati di sini bersama-sama dengan ternak kami? 5 Untuk apa kamu membawa kami keluar dari Mesir ke tempat sengsara ini yang tidak bisa ditanami apa-apa? Di sini tak ada gandum, tak ada pohon ara, anggur, dan delima. Bahkan air minum pun tak ada!"
Saudaraku, lihatlah …setelah segala yang Alalh lakukan bagi mereka dan orang tua mereka, sejak mereka mulai berjalan dari Mesir, dan selama mereka berjalan di padang gurun.. apakah hati mereka tahu berterimakasih, apakah hati mereka mulai mengenal Allah yang memimpin perjalanan mereka selama itu dan mempercayaiNya? Tidak. Mereka berkelakuan sama persis dengan orang tua mereka . Mereka mengomel, menggerutu… karena tidak ada air. Memang tidak ada air di situ, tapi masakan Allah yang telah memelihara mereka selama 40 tahun pengembaraan di padang gurun, tidak sanggup menyediakan air untuk mereka? Selama ini Allah sendiri yang menyediakan semua kebutuhan mereka, masakan sekarang dia tidak bisa melakukan hal yang sama? Tapi itulah, umat Israel masih juga belum benar-benar percaya pada Tuhan Allah mereka.
Mari kita teruskan melihat dari Kitab Suci, untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. 6 Musa dan Harun pergi menjauhi orang-orang itu lalu berdiri di dekat pintu Kemah TUHAN. Mereka sujud, lalu cahaya kehadiran TUHAN menyinari mereka. 7 TUHAN berkata kepada Musa, 8 "Ambillah tongkat yang ada di depan Peti Perjanjian, lalu engkau dan Harun harus mengumpulkan seluruh umat. Di depan mereka semua, engkau harus berkata kepada bukit batu yang ada di situ supaya memancurkan air. Demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu supaya rakyat dan ternak mereka dapat minum."
9 Maka pergilah Musa mengambil tongkat itu seperti yang diperintahkan TUHAN. 10 Musa dan Harun mengumpulkan seluruh umat di depan bukit batu itu. Lalu Musa berkata, "Dengarlah, hai kaum pemberontak! Apakah kami harus mengeluarkan air dari bukit batu ini untuk kamu?" 11 Lalu Musa mengangkat tongkat itu dan memukulkannya pada bukit batu itu dua kali. Maka mancurlah air dengan derasnya, sehingga semua orang dan ternak bisa minum. 12 Tetapi TUHAN menegur Musa dan Harun, kata-Nya, "Karena kamu kurang percaya kepada-Ku untuk menyatakan kuasa-Ku yang suci di depan bangsa Israel, kamu tidak akan memimpin mereka masuk ke negeri yang Kujanjikan kepada mereka."
Pahamkah saudara apa yang sedang terjadi di sini? Apa perintah Allah kepada Musa? “Bicara kepada batu itu”, tapi taatkah Musa kepada Firman Allah? Dalam kemarahannya, Musa memukul batu itu dua kali. Allah memang tidak menahan kebaikanNya, dan air pun keluar adri batu karang… tapi perbuatan Musa sama sekali tidak Allah sukai. Kata Allah kepada Musa: “Karena engkau kurang percaya kepadaKu, untuk memperlihatkan di hadapan bangsa Israel bahwa Aku Kudus, maka engkau tidak akan memimpin bangsa ini masuk ke dalam negeri yang Kujanjikan kepada mereka.”
Barangkali kita berpikir, terlalu berat hukuman ini buat Musa. Tapi saudaraku, saudara harus mengerti.. yang menyenangkan hati adalah iman dan ketaatan kita kepada SabdaNya. Jadi semua yang menentang perkataanNya, harus berhadapan dengan hukuman.. bahkan bila yang menentang itu adalah seorang nabi, contohnya Musa.
Alalh tidak punya anak emas. Musa adalah nabi Allah yang besar, tapi dia juga adalah seorang manusia, sama seperti kita. Artinya, meskipun dia seorang nabi.. ia pun seorang berdosa, sama seperti keturunan Adam yang lain. Dan biar pun Musa adalah nabi Allah, ia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan perbuatan-perbuatan baiknya. Sama seperti orang Israel lainnya, Musa harus datang kepada jalan keselamatan yang telah Allah sedaikan, yaitu dengan jalan kurban darah. Kesalahan Musa ini adalah peringatan Allah bagi kita, bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kekurangan kemuliaan Allah. Semua bersalah di hadapan Allah, berdosa dan tidak ada yang benar. Tidak seorang pun yang belum terbuang dari jalan Allah, kecuali sang Penebus yang datang dari surga untuk menyelamatkan orang berdosa.
Selanjutnya dari kisah tentang orang Israel, di akhir pasal 20, diceritakan bahwa Harun kakak Musa mati di gunung Hor, dan bangsa Israel berkabung karena kematian Harun selama 30 hari. Setelah itu, dalam pasal berikutnya, pasal 21, Kitab Suci berkata: “4 ¶ Kemudian orang Israel meninggalkan Gunung Hor, dan mengambil jalan yang menuju ke Teluk Akaba, untuk mengelilingi daerah Edom. Tetapi di tengah jalan, bangsa itu habis kesabarannya, 5 dan mengomel terhadap Allah dan Musa. Mereka berkata, "Mengapa engkau membawa kami keluar dari Mesir? Apakah untuk membunuh kami di padang gurun ini? Di sini tak ada makanan, dan air pun tak ada. Kami muak dengan makanan yang hambar ini!" 6 Maka TUHAN mendatangkan ular-ular berbisa di tengah-tengah bangsa itu. Banyak orang Israel mati dipagut ular-ular itu. 7 Lalu bangsa itu datang menghadap Musa dan berkata, "Kami telah berdosa karena mengomel terhadap TUHAN dan engkau. Berdoalah kepada TUHAN supaya ular-ular ini dijauhkan dari kami." Maka Musa mendoakan bangsa itu. 8 Lalu TUHAN menyuruh Musa membuat seekor ular dari logam dan menaruhnya di atas sebuah tiang. Setiap orang yang dipagut ular, akan sembuh kalau melihat ular dari logam itu. 9 Maka Musa membuat ular dari tembaga dan menaruhnya di atas sebuah tiang. Setiap orang yang dipagut ular, bisa sembuh kalau memandang kepada ular tembaga itu.
Mari kita pelajari cerita ini. Kenapa Allah mengirim ular berbisa kepada bangsa itu? Karena dosa mereka. Bukankah saudara mendengar sendiri tadi bahwa bangsa itu mengomel terhadap Allah dan Musa, serta menghina makanan yang diturunkan Allah dari langit. Dan karena dipagut ular banyak orang yang mati. Dalam keadaan seperti itu, sanggupkah mereka menyelamatkan diri? Apakah mereka dapat menawar racun dari ular-ular berbisa itu? Tidak. Jadi mereka lalu berbalik kepada Allah, bertobat mengakui kesalahan..dan memohon pertolonganNya… Lalu saudaraku, perhatikanlah bahwa tindakan Allah lebih dari yang diminta oleh bangsa Israel itu..yaitu supaya ular-ular itu dihalau dari mereka. Allah menyuruh Musa membuat sebuah ular tembaga dan menancapkannya pada sebuah tiang, sehingga “siapa saja yang terpagut ular, dapat melihatnya dan hidup. Inilah resepnya Allah. Kalau ada yang dipagut ular, yang perlu dilakukan orang itu hanya memandang ular tembaga di atas tiang, dan dia akan sembuh. Inilah cara pembebasan yang dirancang Allah : LIHAT/ PANDANG dan HIDUP !
Allah berjanji untuk menyembuhkan siapa saja yang memandang ke ular tembaga buatan Musa itu, tapi kalau ada yang terpagut lalu tidak mau memandang ular tembaga itu, maka pastilah orang itu akan mati dalam rasa sakit yang luar biasa. Jadi kesembuhan bahkan keluputan dari maut adalah milik mereka yang percaya.
Cerita ini bebar-benar luar biasa. Ini ditulis untuk menjadi petunjuk bagi kita. Allah ingin kita melihat bahwa keadaan kita tidak berbeda dari orang-orang Israel itu. Kita pun adalah orang-orang berdosa, kita juga sering kali mengomel tentang Allah dan sesama kita. Kita mencela Allah dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Setan, seperti ular beracun yang menyerang orang-orang Israel. Dosa ibarat racun ular yang mematikan. Setan telah memagut setiap keturunan Adam dan racun dari dosa akan membuat kita menderita selamanya, kecuali jika Allah menyediakan penawar, atau obatnya. Saudara kita tentu tahu bahwa dari ular dan racunnya orang Israel tidak dapat meloloskan diri, begitu pula kita tidak dapat luput dari pagutan setan dan racun dosa. Tapi alhamdullilah, Allah yang punya jalan ke luar bagi bangsa Israel, juga punya rencana bagaimana dapat menyelamatkan keturunan Adam dari racun dosa.
Saudaraku yang setia bersama kami hari ini, tahukah saudara apa yang telah Allah lakukan untuk menyelamatkan anda dari kutuk dosa? Dengarkan apa yang dikatakan sang Penebus kira-kira 1500 tahun sesudah Musa, kataNya: “sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian pula anak manusia (sang penebus itu), harus ditinggikan…. Dan barang siapa yang percaya padaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Dari ayat di dalam Kitab Suci Injil ini, kita dapat mengerti bahwa ular tembaga yang ditinggikan Musa dipadang gurun, adalah lambang atau ibarat dari sang Penebus yang akan datang dan akan mati di atas salib sehingga dengan begitu, ia dapat mengalahkan Iblis yang memiliki kuasa atas kematian. Sungguh ajaib berita ini. Dalam pelajaran-pelajaran mendatang akan kita temukan bahwa lewat kematian dan kebangkitan sang Penebus, Allah telah membuka suatu pintu bagi seluruh keturunan Adam, yaitu pintu keselamatan, sukacita dan damai sejahtera untuk selamanya. Yang Allah minnta dari saudara hanya pengakuan bahwa saudara tidak mungkin dapat menyelamatkan diri saudara sendiri dari kuasa Setan, dan percaya pada kesaksian yang diberikan Allah tentang Juruselamat yang mati di atas kayu salib untuk membayarkan utang dosa saudara. Allah berkata: “lihatlah kepada sang Penebus dan engkau akan hidup! Percayalah padaNya dan Allah akan menyembuhkanmu, menyelamatkanmu dari racun dosa, dan menyediakan bagimu suatu tempat tinggal di hadapan hadiratNya di surga.
Allah berkata kepada semua orang: tua muda, laki-laki atau perempuan, miskin kaya : “lihat dan hiduplah! Pandanglah kepada Penebus yang telah diutus Allah itu dan engkau akan selamat. Tapi itu juga berarti Alalh berkata: “Kalau kamu menolak untuk melihat (memandang), menolak untuk percaya pada Juruselamat yang oleh Allah telah ditentukan menjadi satu-satunya jalan penyembuhan dari dosa, maka “kamu akan mati dalam dosamu.” Allah tidak punya obat penawar lainyang dapat menyembuhkan keturunan Adam dari racun dosa.
Sudahkah anda memandang kepada sang Penebus yang telah ditulis oleh para nabi? Kalau anda percaya,Ia akan menyucikanmu dan memberikan kepadamu hidup yang kekal. Dengarkan lagi apa yang dikatakan Kitab Suci: “sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikianlah Anak Manusia (sang Penebus Dunia), harus ditinggikan… supaya barang siap yang percaya padaNya tidak binasa melainkan mempunyai kehidupan kekal”
Saudaraku, waktu kita untuk hari ini sudah berakhir. Terimakasih sudah mendengarkan siaran ini. Pada kesempatan mendatang insya Allah, kita akan merenungkan perkataan-perkataan terakhir Musa, yang sekaligus akan menutup pelajaran kita dari kitab suci Taurat. Alalh memberkati saudara saat saudara merenungkan janji dariNya ini: “Pandanglah Aku, dan kamu akan selamat.”