Jalan Ke Surga Telah Rata
Pembukaan: Pada pelajaran yang lalu, kita telah melihat bagaimana Allah menyelamatkan orang-orang Israel dari tangan Firaun dan tentaranya. Peristiwa di tepi pantai Laut Merah itu adalah Allah membelah air laut Merah, sehingga orang Israel dapat menyeberang di tanah kering. Waktu orang-orang Mesir ikut masuk ke dalam laut dan mengejar orang-orang Israel, mereka tenggelam. Waktu orang Israel melihat betapa dahsyatnya kuasa Allah yang telah menyelamatkan mereka, mereka menjadi takut dan bernyanyi :”Aku akan bernyanyi bagi Tuhan, sebab Dialah yang menjadi keselamatanku. Tuhan itu Maha Besar.”
Saudaraku, kita baru saja memulai perjalanan kita dalam Kitab Keluaran di mana orang Israel sekarang berada di tengah padang pasir antara Mesir dan Kanaan. Saudara tentunya belum lupa bahwa negeri Kanaan adalah negeri yang dijanjikan Allah kepada Ibrahim dan keturunannya untuk menjadi kepunyaan mereka. Hari ini, saudaraku.. akan kita lihat bagaimana Allah memberi makan kepada kaum Israel itu di sepanjang perjalanan mereka di padang pasir. Kitab Suci telah menunjukkan pada kita bagaimana Allah sendiri "berjalan”di depan rombongan yang besar itu di dalam tiang awan pada siang hari, dan dalam api.. pada waktu malam. Dari hal ini saja kita bisa memahami kalau bukan Allah yang membimbing dan memelihara mereka, seluruh umat itu akan mati di tengah padang pasir.
Ada yang saya kita ingin lakukan bersama sekarang…. Coba bayangkan ada serombongan orang yang jumlahnya lebih banyak dari seluruh penduduk kota Parepare…sedang berjalan di daerah yang kering kerontang seperti Jeneponto … Bayangkanlah itu…. Keadaan orang Israel lebih dari itu…mereka ada di tengah padang pasir… Sanggupkah mereka bertahan berjalan selama tiga hari, tanpa makan tanpa minum? Bagaimana mereka dapat memberi makan atau minum untuk ternak mereka, kalau mereka sendiri sudah kesulitan untuk mendapat air? Dari mana mereka akan mendapat makanan? Hanya ada satu jawaban… Allah! Hanya Allah saja yang dapat menolong mereka.
Tapi apakah orang Israel sendiri menaruh harapannya pada Allah? Percaya atau tidak ya mereka….. bahwa Allah sanggup memenuhi kebutuhan mereka dalam hal makan dan minum..? Apalagi sudah begitu banyak mujizat dan kuasa Allah, mereka lihat dan alami sendiri: sepuluh tulah di negeri Mesir mereka di bawa ke luar dari tempat perbudakan itu, Allah meluputkan nyawa anak-anak sulung orang Israel karena darah anak domba, Allah membuka laut Merah di hadapan mereka sehingga mereka bisa menyeberang di tanah kering… dan sekarang, Ia berjalan dalam tiang awan dan tiang api di depan mereka menuju negeri Kanaan, tanah perjanjian. Apa pendapat saudara… bukankah semua mujizat dan keajaiban itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa Allah dapat dipercaya? Tapi bagaimana dengan orang Israel sendiri? Percayakah mereka kepaad Allah? Saudaraku…mari bersama kita lihat apa yang tertulis di dalam kitab suci dan mendapatkan jawabannya:
Dalam Taurat Musa, Kitab Keluaran kita dapat membaca pada pasal 16: 1 Lalu seluruh umat Israel berangkat dari Elim, dan pada tanggal lima belas bulan kedua sesudah mereka meninggalkan Mesir, tibalah mereka di padang gurun Sin, antara Elim dan Gunung Sinai. 2 Di padang gurun itu mereka semua mengomel kepada Musa dan Harun. 3 Kata mereka, "Lebih baik sekiranya kami sudah mati dibunuh TUHAN di Mesir. Di sana sekurang-kurangnya kami dapat duduk makan daging dan roti sampai kenyang. Tetapi kamu membawa kami ke sini supaya kami semua mati kelaparan."
Saudaraku… ternyata mereka tetap tidak percaya kepada Allah.., mereka malah menyesali apa yang diperbuat Allah, mereka menggerutu kepada Allah dan kepada nabiNya Musa. Dengarkan apa kata Allah terhadap umat itu… “11 Kata TUHAN kepada Musa, 12 "Aku telah mendengar omelan orang Israel. Katakanlah kepada mereka bahwa pada waktu sore mereka dapat makan daging, dan pada waktu pagi mereka dapat makan roti sampai kenyang. Maka mereka akan tahu bahwa Akulah TUHAN, Allah mereka." 4 Kata TUHAN kepada Musa, "Sekarang akan Kuturunkan makanan yang berlimpah-limpah seperti hujan untuk kamu semua. Tiap hari kamu harus mengumpulkan makanan itu secukupnya untuk satu hari. Dengan cara itu Aku mau menguji umat-Ku supaya Aku tahu apakah mereka taat kepada perintah-perintah-Ku atau tidak.
13 Pada waktu sore datanglah burung puyuh sampai banyak sekali sehingga menutupi seluruh perkemahan, dan pada waktu pagi turunlah embun di sekeliling perkemahan. 14 Ketika embun itu menguap, tampaklah di atas padang gurun sesuatu yang tipis seperti sisik dan halus seperti embun yang beku. 15 Ketika orang Israel melihatnya, mereka tidak tahu apa itu. Maka bertanyalah mereka satu sama lain, "Apa itu?" Lalu Musa berkata kepada mereka, "Itulah makanan yang diberikan TUHAN kepada kamu. 31 Makanan itu disebut manna oleh orang Israel. Rupanya seperti biji kecil-kecil berwarna putih dan rasanya seperti kue yang dibuat pakai madu.
Saudaraku, begitulah cara Allah memberi makan umatnya selama mereka mengembara di padang pasir, sampai hari mereka tiba di negeri Kanaan. Saudara dengar dari mana datangnya makanan itu? YA, makanan itu datang dari langit, asalnya dari Allah. Perhatikanlah ini saudaraku… setelah mereka menggerutu, dan menyalahkan Allah karena telah di bawa ke luar dari Mesir..mereka sepantasnya mendapatkan ganjaran hukuman karena umat Israel telah bersikap tidak tahu berbakti! Tapi Allah dalam kasih sayangnya malah memelihara mereka dengan makanan dari langit, sehingga mereka tidak mati kelaparan.
Sekarang, mari kita lihat apa lagi yang terjadi pada kesempatan lain, yaitu waktu umat Israel itu kehabisan air minum. Dalam pasal ke 17, dapat kita baca… begini di dalam Kitab Suci: 1 Kemudian seluruh umat Israel berangkat….berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sebagaimana diperintahkan TUHAN. Pada suatu waktu mereka berkemah di Rafidim, tetapi di situ tak ada air minum. 2 Lalu mereka mengomel kepada Musa dan berkata, "Berilah kami air minum." Musa menjawab, "Mengapa kamu mengomel dan mencobai TUHAN?" 3 Tetapi orang-orang itu sangat kehausan dan mereka terus mengomel kepada Musa. Kata mereka, "Mengapa kau bawa kami keluar dari Mesir? Supaya kami, anak-anak kami dan ternak kami mati kehausan?" 4 Maka berserulah Musa kepada TUHAN, katanya, "Apa yang harus saya buat kepada orang-orang ini? Lihatlah, mereka mau melempari saya dengan batu." 5 Kata TUHAN kepada Musa, "Panggillah beberapa orang pemimpin dan berjalanlah bersama-sama dengan mereka mendahului bangsa itu. Bawa juga tongkat yang kaupakai untuk memukul Sungai Nil. 6 Aku akan berdiri di depanmu di atas sebuah batu besar di Gunung Sinai. Pukullah batu itu, maka air akan keluar sehingga orang-orang itu bisa minum." Musa berbuat begitu disaksikan oleh para pemimpin Israel.”
Jadi begitulah, saudaraku… ada air yang terpancar ke luar dari dalam batu karang, mengalir di tengah padang pasir dan air itu dapat mencukupi kebutuhan semua orang, bahkan untuk ternak peliharaan mereka.
Mari kita berhenti di sini dulu dan memikirkan apa yang telah kita baca dari Kitab Suci hari ini. Setelah semua keajaiban dan mujizat yang dibuat Allah bagi dan di hadapan mata orang Israel, apakah mereka percaya kepadaNya?, apakah hati mereka dipenuhi ucapan syukur dan pujian bagi Allah? Tidak! Mereka bukan cuma tidak percaya kepada Allah, mereka malah mengeluh dan menggerutu tentang Allah yang telah menyelamatkan mereka dari begitu banyak bahaya. Tapi bagaimana dengan Alalh sendiri? Dia yang Maha Kudus dan Mulia itu, yang telah direndahkan oleh keluhan dan gerutu orang Israel… dalam belas kasihanNya telah memelihara mereka tetap hidup, dengan memberi mereka makanan dari langit dan air di tengah padang pasir…Sungguh mereka hanya pantas mendapatkan penghukuman, tapi kenapa Allah tetap menunjukkan kebaikanNya kepada mereka? Karena Allah itu setia dan penuh pengasihan. Dia Allah, yang Maha Setia dan Maha Pengasih. Seandainya untuk bisa menghapuskan rasa lapar dan haus, atau untuk dapat selamat dan tetap hidup di tengah pandang pasir bergantung pada kebaikan dan amal orang-orang itu sendiri, maka pastilah Allah akan membiarkan merekla mati saja di padang pasir itu.
Selain itu, kita perlu tahu dan sadari bahwa Allah tetap memelihara mereka bukan hanya karena Dia Maha Pengasih, tapi karena Allah berpegang pada kata-kataNya. Allah setia kepada perjanjian yang telah dibuatNya. Kita tahu bahwa Allah berjanji akan membuat umat Israel akan menjadi sumber berkat bagi segala bangsa di dunia, karena lewat bangsa ini… para nabi, Kitab Suci, dan Juruselamat akan datang ke dalam dunia. Ya, sesungguhnya Allah adalah Alalh kebenaran dan Allah Kasih. Kita tentu bisa meraaskan sendiri, dengan sikap seperti itu, umat Israel tidak pantas mendapatkan kasih Allah, tapi Allah membuktikan kasih dan kesetiaanNya dengan memberi mereka makan MANNA yang turun dari langit.
Mungkin ada di antara saudara yang bertanya: “apa intisari pelajaran hari ini?” sabda Allah berkata:”semua hal ini terjadi/menimpa (kepada) mereka sebagai contoh, atau ibarat dan ditulis untuk menjadi peringatan bagi kita, yang hidup pada jaman di mana hal itu akan digenapi.” Sama seperti Allah melepaskan orang Israel dari kekuatan dan kedahsyatan padang pasir, seperti itu pula Allah ingin membebaskan manusia dari kekuatan dan kedahsyatan dosa.
Kami bertanya kepada anda saudaraku: Apa yang harus dilakukan orang Israel supaya mereka tidak mati di tengah padang pasir? Jawabnya, mereka harus tetap bersama dan makan makanan yang dikirim Allah dari langit. Apakah dalam setiap kesulitan yang mereka hadapi, mereka dapat menolong diri mereka sendiri? Jawabnya: tidak. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak mempunyai kemampuan untuk meyelamatkan diri mereka dari rasa lapar dan kematian. Tidak ada pilihan lain untuk umat Israel itu, selain tetap bersama dan makan makanan yang disediakan Allah.
Kitab Suci menunjukkan kepada kita keadaan kita sebagai manusia, sebenarnya sama saja dengan keadaan orang Israel, yang tidak memiliki kekuatan apa pun untuk meyelamatkan diri sendiri –baik dari kuasa dosa atau pun dari keadilan penghukuman Allah. Barangkali kita memang tidak berjalan di tengah padang kering seperti orang Israel, tapi bayang-bayang kematian tetap mengikuti kita seperti yang mereka alami. Sabda Allah sangat jelas: “setiap orang yang menolak jalan keselamatan yang telah Allah sediakan pasti akan mati dalam dosanya dan akan masuk dalam neraka. Tentunya ini bukan bahan pemikiran yang menyenangkan: mati dalam dosa, dijatuhi penghukuman Allah, masuk neraka. Ini akan menjadi tragedi kalau harus saudara jalani… tapi kabar baiknya adalah: “setiap orang tidak harus mati dalam dosanya, sebab seperti Allah memberi makanan kepada orang Israel, supaya mereka tidak mati di tengah padang pasir… demikian pula, Allah sudah memberi kita “makanan” supaya kita diberkati dalam hidup yang sekarang, dan juga dalam hidup yang akan datang.
Makanan apakah itu, yang memberi hidup kekal, yanmg dapat memberi kekuatan untuk hidup di hadapan hadirat Allah selama-lamanya? Apa itu ada di jual di pasar-pasar? Saudaraku dan sahabat pendengar sekalian…. Ketahuilah bahwa sekitar 1500 tahun sesudah orang Israel makan Manna di padang gurun, Allah menurunkan sang Penebus, Juruselamat dunia. Dialah “makanan” yang disediakan Allah bagi seluruh umat manusia supaya mereka dapat selamat dari kuasa dosa, kematian, penghukuman Allah, dan neraka. Mari kita dengarkan, dan memperhatikannya dengan baik apa yang dikatakan oleh sang Penebus itu, waktu Ia ada di dalm dunia. Katanya: “Yang kukatakan ini benar, Siapa yang mempercayainya, memiliki hidup yang kekal. Akulah roti (makanan) kehidupan. Nenek moyangmu makan manna di padang gurun, tapi mereka tetap mati. Nah inilah roti yang turun dari surga: siapa yang memakannya, tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga..barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa peracya, ia tidak akan haus lagi.
Sahabat dan saudaraku, di sinilah kita harus berhenti kali ini. Dalam acara yang akan datang, insya Allah, kita akan melihat bagaimana Allah memberikan ke sepuluh perintah kepada orang-orang Israel. Renungkanlah perkataan sang Penebus ini, dan biarlah berkat Allah ada padamu: “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga..barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya, ia tidak akan haus lagi.”