Jalan Ke Surga Telah Rata
Pengantar: Assalam alaikum..wr.wb. saudara dan sahabatku pendengar sekalian... Inilah RAM yang disiarkan dari Saipan pada gelombang.....Terimalah salam kami dalam nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Allah yang selalu menginginkan setiap orang mengenali dan bertekun pada Jalan Lurus, jalan menuju surga yang telah dibuat-Nya.
Di jalan kebenaran itu Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ingin setiap orang hidup dan berada dalam restu-Nya. Karena lewat jalan itu, manusia akan sampai kepada-Nya dalam damai yang sejati. Dalam acara Jalan ke Surga Telah Rata ini, kita akan bersama-sama menyelidiki kitab-kitab yang ditulis oleh nabi-nabi secara berurutan; yang akan menjelaskan bahwa sesungguhnya ada jalan mulia yang telah Allah tetapkan sehingga umat manusia dapat diperhitungkan sebagai orang benar di hadapanNya.
Tokoh kita untuk beberapa hari ini adalah seorang manusia yang mendapat sebutan sahabat Allah, biar pun dalam kehidupannya orang ini seperti juga kita penuh dengan kelemahan. Orang itu adalah nabi Ibrahim. Jadi kisah hari ini adalah kisah tentang: (judul) Ibrahim Sahabat Allah. Apa yang akan kita pelajari kali ini dari kehidupan nabi Ibrahim adalah tentang bagaimana memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memilih lebih dulu.
Ini bukan hal yang mudah, karena kita semua ingin mendapatkan yang terbaik dan yang terbaik biasanya hanya bisa kita dapatkan kalau kita boleh memilih lebih dulu dari orang lain.. tapi ternyata untuk orang yang beriman seperti Ibrahim.. tidak harus begitu...
Begini ceritanya, seperti yang tertulis dalam kitab suci: Ibrahim pergi dari kampungnya karena Allah telah berbicara kepadanya bahwa dari keturunannya akan ada sebuah bangsa yang baru, dan juga dari keturunannya akan lahir pembebas agung yang menyelamatkan manusia. Abram mempercayai Allah dan sabdanya, jadi Ibrahim dari kampungnya dan berjalan menuju ke arah sebuah negeri bernama Kanaan. Waktu berangkat itu.. Ibrahim membawa istrinya Sarai. Ikut bersama mereka Lut anak kakak Abraham yang sudah meninggal. Dalam perjalanan itu, makin lama Ibrahim makin bertambah kaya, dan Lut tentu saja ikut bertambah kaya juga. Tapi tidak selalu kekayaan membawa kedamaian. Seperti yang dialami Ibrahim...
Begini yang diceritakan kitab suci kepada kita tentang Ibrahim dan Lut kemenakannya: Sekali waktu, Ibrahim dan Lot sedang ada di Bethel. gembala/pekerja-pekerja mereka bertengkar perkara tempat penggembalaan. Karena sudah tidak cukup lagi rumput untuk ternak mereka berdua, kalau terus bersama-sama. Pertengkaran pasti akan terus terjadi. Lalu harus bagaimana? Yang pasti mereka : Ibrahim dan Lut harus berpisah....
Coba bayangkan ini: ada seorang pergi merantau, kemenakannya yang piatu dibawa. Di tanah rantau dia ada rezeki, dia menjadi pedagang yang berhasil... begitu juga kemenakannya itu, yang sejak peertama berkerja padanya dan menjadi tangan kanannya... sudah bisa mengumpulkan rezekinya sendiri ....tapi sekarang si kemenakan itu mulai menjadi saingan di pasar yang sama. Mereka mulai bertengkar memperebutkan langganan/ pembeli. Kalau dulu mereka istilahnya ‘satu atap’, sekarang sudah tidak mungkin lagi..harus ada yang keluar dari pasar itu.. kira-kira menurut anda siapa yang akan tetap tinggal di pasar itu.. anda atau kemenakan anda? Ya... saya tahu, jawaban pasti kemenakan anda yang harus pergi dari situ...
Itu kalau kita.. tapi Ibrahim tidak. Ibrahim menyuruh Lut kemenakannya memilih.. kalau Lut memilih untuk ke kiri, Ibrahim akan ke kanan, kalau Lut memilih ke kanan, Ibrahim akan ke kiri. Ibrahim memberi Lut kesempatan untuk memilih lebih dulu. Itu sama seperti...anda memberi kesempatan memilih pada kemenakan anda.. kalau kamu mau berusaha di pasar ini, saya yang keluar, kalau kalau kamu pilih untuk keluar.. saya tinggal di sini.
Lalu Lut melihat ke sekelilingnya, dan memilih untuk menetap di tempat yang terbaik dari tanah itu.. sebuah lembah yang banyak rumputnya, tanahnya subur. Tanah yang Lut pilih.. benar-benar seperti surga kelihatannya. Daerah itu di dekat kota Sodom, dan sejak itu di sanalah Lut tinggal, terpisah dari Ibrahim pamannya. Lalu apa yang terjadi pada Ibrahim? Setelah merelakan Lut memilih lebih dulu dan mendapatkan yang terbaik dari tanah di sekitar mereka, apakah Ibrahim kehilangan segalanya? Ternyata tidak.. karena sebenarnya Allah waktu menyuruh Ibrahim pergi dari tanah kelahirannya di Ur, tidak pernah bersabda bahwa mereka harus tinggal menetap di satu tempat. Yang Allah minta adalah mereka harus mengelilingi negeri Kanaan, harus terus pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Inilah kehendak Allah, jadi apa yang Lut pilih adalah keinginannya sendiri.
Lut telah memilih apa yang disangkanya terbaik.Mengira dengan pilihannya itu dia akan lebih berhasil, tapi nanti pada akhirnya, Lut akan menderita karena pilihannya itu. Lut juga lebih mengejar kekayaan duniawi dan bukan kekayaan surgawi... kalau kita sendiri, bagaimana? Apa yang lebih kita kejar, kekayaan dunia atau kekayaan surga?Mereka yang bijaksana akan memilih untuk melakukan kehendak Allah, sebab seperti yang tertulis dalam kitab suci apa gunanya seseorang mempunyai seluruh kekayaan dunia ini, tetapi kehilangan jiwanya? Dan ayat lain juga mengajarkan bahwa jangan kita kejar hal-hal yang duniawi, karena dunia dan segala hal yang ada di dalamnya akan lenyap, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah akan hidup selamanya.?
Mari sekarang kita kepada kepada tokoh utama cerita kita:Ibrahim. Ibrahim dalam imannya, memilih untuk terus mengikuti sabda Allah.. dan menyerahkan semuanya ke dalam tangan Allah: keberhasilannya, masa depannya...pokoknya, semuanya..... setelah Lut memilih tanah sodom yang kelihatan seperti surga itu, Allah bersabda kepada Ibrahim, “ibrahim, coba lihat ke sekelilingmu: Utara, Selatan, Timur dan Barat. Sejauh matamu dapat memandang, semua tanah itu akan kuberikan kepadamu dan keturunanmu. Keturunanmu akan sebanyak debu tanah, lebih dari yang dapat dihitung manusia. Berjalanlah, jelajahi seluruh negeri ini, sebab itu akan menjadi milikmu. Jadi begitulah hidup Ibrahim...tinggal di dalam kemah dan pindah dari tempat ke tempat lainnya.
Tapi ada satu masalah besar, yaitu bahwa sampai di usia tuanya, Ibrahim dan Sara belum juga mempunyai anak. Bahkan sudah tidak mungkin lagi bagi Sara istri Ibrahim untuk melahirkan anak bagi Ibrahim.. Tapi anehnya, Allah terus menjanjikan bahwa Ibrahim akan mempunyai keturunan, bukan cuma satu.. tetapi begitu banyak sampai tak bisa dihitung oleh manusia. Kalau itu terjadi pada kita, saya yakin kita pasti sudah meragukan janji allah. Bagaimana ddengan Ibrahim sendiri?
Apakah Ibrahim tetap percaya bahwa Allah akan memenuhi janjiNya itu? Begini kata kitab suci: Ibrahim percaya kepada Allah, dan kepercayaannya itu diperhitungkan sebagai kebenaran, dan dia disebut sahabat Allah. Luar biasa bukan? Allah menjanjikan sesuatu yang menurut ukuran manusia tidak mungkin akan terjadi... tapi bagaimana tanggapan Ibrahim? Dia percaya.. dan apa akibatnya? Allah memperhitungkan Ibrahim sebagai orang benar.
Sungguh luar biasa, Ibrahim diperhitungkan sebgaai orang benar, bukan karna perbuatannya ... sebab sama sepeerti manusia lain, Ibrahim juga melakukan kesalahan, dia juga berdosa...Ibrahim diperhitungkan sebagai orang benar karena imannya, karena Ibrahim percaya apa yang Allah sabdakan. Kebenaran yang diperoleh Ibrahim dihadapan Allah adalah karena dia meng-‘amin’-kan, menyetujui perkataan Allah. Waktu Allah berjanji, Ibrahim berkata: ya, itu benar, Saya percaya sabdaMU.. itulah artinya kata “amin” yang kita ucapkan.
Inilah yang perlu kita ikuti. Kita harus percaya kepada Allah sama seperti Ibrahim percaya kepada Allah. Kita harus percaya bahwa Tuhan sanggup membuat mujizat. Apa yang tidak mungkin bagi manusia, bukan mustahil bagi Allah Jika kita juga ingin dikenan oleh Allah seperti yang terjadi pada Ibrahim, maka ini saja yang harus kita lakukan, memepercayai sabdaNya. Karena dengan mempercayai sabda Allah, Allah akan membungkus kita dengan kebenaranNya yang sempurna. Selain itu, kata kitab suci tidak mungkin ada seorang pun dapat menyenangkan hati Allah jika ia tidak mempunyai iman.Pada dasarnya saudaraku, kita ini diselamatkan oleh iman kepada Allah, bukan karena perbuatan benar yang telah kita buat.
Pertanyaan yang harus kita renungkan akhirnya adalah: apakah kita tergolong umat yang percaya kepada Allah? Bukan percaya seperti Allah itu ada, Allah itu satu... bukan, karena kalau cuma percaya yang seperti itu, kitab suci mengajarkan setan-setan juga percaya, dan mereka gemetar. Percaya yang ditanyakan di sini adalah apakah kita percaya sabda Allah dan apakah kita mentaatinya? Kita harus mentaati sabda Allah karena itulah yang diinginkanNya. Dan seperti Ibrahim kepercayaan kita kepada sabdaNya akan diuji, apakah kita berani memilih untuk melakukan kehendak Allah, yang seringkali begitu berat... misalnya seperti Ibrahim yang harus meninggalkan negeri dan kaum keluarganya... tapi jangan pernah ragu saudaraku.. karena pilihan Ibrahim itulah yang membuatnya dipermuliakan oleh Allah sendiri dan disebut sebagai sahabat Allah...dan bila kita memilih untuk melakukan kehendak Allah karena kita percaya pada sabdaNya, maka seperti Ibrahim kita juga akan diselubungi dddengan kebenaran Allah yang sempurna itu....
Nah, saat kita berpisah nanti.. renungkanlah ayat kitab suci yang mengatakanIbrahim mempercayai Allah, dan itu diperhitungkan sebagai kebenaran kepadanya. Pada kesempatan berikutnya, kita masih tetap belajar tentang Ibrahim manusia biasa, yang penuh kelemahan tapi karena imannyaa telah menjadi orang yang disebut sahabat Allah. Sampai jumpa lagi.. Ass.Wr.Wb.