Jalan Ke Surga Telah Rata
Pembukaan: Hari ini kita masih tetap akan membicarakan kehidupan nabi Allah yang bernama Nuh. Judul pelajaran untuk hari ini adalah:......... Tapi sebelum itu, mari kita lihat lagi apa yang telah kita pelajari sebelumnya dari kehidupan nabi Nuh. Dalam pasal 6 kitab kejadian, kitab suci Taurat menyatakan kepada kita tentang asal-usul Nuh, yaitu bahwa dia adalah keturunan nabi Adam, yang percaya dan tunduk kepada sabda dan ketentuan Allah. Dalam jaman nabi Nuh hidup, dunia penuh dengan kejahatan, hidup manusia telah begitu bejat sampai Allah memutuskan untuk membinasakan semua manusia yang hidup di bumi dengan mengirim banjir besar. Allah sudah cukup lama bersabar kepada orang-orang yang suka menghina kesucian Allah ini, 100 tahun Allah memberi kesempatan. Tapi sekarang kesabaranNya sudah habis. Jadi Allah memerintahkan Nuh untuk masuk ke dalam kapal dengan keluarganya. Allah, yang telah membuka pintu keselamatan untuk anak-anak keturunan Adam, sekarang menutup pintu kesempatan itu. Hari-hari kemurahan Allah sudah habis, sekarang adalah waktu untuk berhadapan dengan kemarahan Allah yang mengerikan.
Langit yang cerah berubah menjadi hitam, kilat, guntur dan gempa bumi terjadi. Hujan lebat yang turun, tidak pernah berhenti dari siang sampai malam sampai siang lagi..selama 40 hari 40 malam. Tentu saja akibatnya adalah terjadi banjir yang sangat besar. Semua orang berusaha menyelamatkan diri dengan lari ke tempat-tempat yang tinggi, tapi bahkan sampai ke puncak-puncak gunung pun banjir itu perlahan-lahan mengikuti mereka. Tidak ada satu manusia pun yang dapat meloloskan diri dari murka Allah. Mereka yang dulu mengejek-ejek Nuh dan menolak sabda Allah, sekarang melihat kebenaran kata-kata Nuh. Tapi sayang..sudah terlambat. Kesempatan untuk diselamatkan sudah lewat. Allah sudah menutup pintu.
Selama 40 hari 40 malam hujan turun dari langit, mata air-mata air terbongkar dan mengeluarkan air sampai gunung-gunung pun tertutup air. Tapi perahu buatan Nuh terapung-apung di atas air. Di dalam kitab suci tertulis: “Allah membinasakan segala mahluk yang hidup di bumi ini: manusia, burung dan binatang darat, baik yang besar maupun yang kecil. Yang tidak binasa hanyalah Nuh dan semua yang ada bersama-sama dengan dia di dalam kapal itu. Jadi, lewat cerita dalam kitab suci kita tahu bahwa: Allah benar-benar melakukan sabdaNya, yaitu menghukum bumi dengan banjir besar. Semua yang ada di luar kapal mati tenggelam. Sahabat pendengar ingatlah bahwa Allah selalu menepati apa yang telah dikatakanNya.
Lalu setelah hujan berhenti, apa yang terjadi dengan mereka yang ada di dalam kapal? Apakah Allah melupakan mereka? Tentu saja tidak. Allah yang memberikan makanan untuk burung di udara tidak melupakan mereka. Kitab suci dari kitab kejadian menceritakan bahwa Alalh tidak melupakan Nuh. Begini bunyinya: “Tapi Allah tidak melupakan Nuh dan segala binatang yang ada bersama-sama dia di dalam kapal itu. Allah membuat angin bertiup, sehingga air itu mulai surut...pada tanggal tujuh belas bulan tujuh, kapal itu kandas di puncak gunung Ararat.”
Saudaraku, selama satu tahun satu minggu, Nuh dan keluarganya bersama binatang-binatang itu terapung-apung di dalam kapal, barulah air mulai kering sehingga akhirnya kapal itu kandas di atas puncak sebuah gunung bernama Ararat. Semua itu dapat terjadi karena kuasa Allah. Lalu Allah berkata kepada Nuh, “keluarlah dari kapal, kamu dan istrimu, juga anak-anakmu dan istri-istri mereka.” Nuh pun keluarlah dari kapal itu, bersama-sama dengan keluarga dan binatang-binatang yang bersama-sama dengan dia. Setelah mereka ada di tanah kering, Nuh membuat sebuah tempat untuk mempersembahkan korban, lalu menyembelih beberapa binatang yang halal dan beberapa burung, dan mempersembahkan binatang-binatang itu kepada Allah sebagai korban yang dibakar.
Ingatlah bahwa begitu Nuh keluar dari dalam kapal, yang pertama-tama dia lakukan adalah memberikan korban darah dari binatang yang tidak bersalah. Binatang yang mati itu lalu dibakar. Allah tidak pernah membatalkan hukumNya, yaitu: kalau tidak darah yang dicurahkan, tidak ada pengampunan dosa. Biar pun banjir besar sudah menenggelamkan semua orang berdosa dari muka bumi, tapi itu tidak berarti akar dosa juga sudah mati tenggelam. Akar dosa dalam hati keturunan Adam, masih ada. Itu sebabnya, kenapa Nuh dan keluarganya tetap memberikan persembahan korban untuk mendapatkan pengampunan dosa dari Allah. Seperti yang sudah ditunjukkan pada kita pada pelajaran-pelajaran terdahulu bahwa mengorbankan binatang adalah dasar jalan keselamatan yang ditentukan oleh Allah sendiri. Pemotongan kurban yang dilakukan oleh nenek moyang kita dulu, adalah gambaran atau perumpaan dari Pembebas Agung yang akan datang dan akan mengalahkan Setan dan dosa. Kalau binatang harus dikurbankan berkali-kali, tapi pembebas Agung itu akan melakukannya sekali saja, tapi pengorbananNya berlaku untuk selamanya, dan untuk semua orang. Kurban yang dilakukan Nuh adalah untuk menunjukkan kepada anak-anak dan cucunya bahwa hukum Allah tidak berubah, yaitu: “hukuman untuk mereka yang berdosa adalah mati” dan “tanpa kurban darah tidak ada pengampunan untuk dosa.”
Lalu selanjutnya dalam kitab suci dikatakan: “Allah menyukai kurban Nuh itu. Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berkata kepada mereka: beranak-cuculah dan bertambah banyak supaya keturunanmu mendiami seluruh bumi. Sekarang aku membuat perjanjian kekal antara Aku dengan kamu dan keturunanmu... tidak akan lagi ada banjir yang membinasakan segala mahluk hidup, tidak akan ada lagi banjir yang membinasakan bumi ini. Inilah tanda perjanjian kekal yang kubuat antara Aku dan kamu dan semua mahluk hidup, kutaruh pelangiKu di awan sebagai tanda perjanjian kekalKu dengan dunia. Setiap kali, jika Aku menutupi langit dengan awan, lalu pelangi itu kelihatan, maka Aku akan mengingat janji kekalKu kepadamu dan kepada segala mahluk hidup, yaitu banjir tidak akan lagi membinasakan semua yang hidup.”
Dalam ayat-ayat yang baru kita dengar, ada satu kata yang oleh Allah sendiri diulang beberapa kali. Kata itu adalah kata perjanjian atau janji kekal. Dalam kitab suci , arti dari perjanjian kekal adalah satu janji yang istimewa antara Allah dengan manusia. Allah selalu memelihara perjanjian kekal . Sahabatku, Allah itu setia, dan Allah mau menunjukkan kesetiaannya kepada keturunan Adam. Itulah sebabnya dalam kebaikanNya, Allah membuat satu perjanjian antara diri-Nya dengan Nuh dan keturunannya dengan mengatakan: Tidak akan pernah lagi ada banjir yang membinasakan semua mahluk hidup. Inilah janji Allah. Dan Allah bukan cuma bicara saja bahwa Dia berjanji...tapi Allah menegaskan janji itu dengan menempatkan pelangi di langit.
Apakah anda tahu bahwa pelangi yang sering kita lihat kalau selesai hujan adalah tanda yang menunjukkan kepada kita kesetiaan Allah? Setiap kali kita melihat pelangi, ingatlah bahwa saat itu Allah sedang mengingatkan kita pada kesetiaanNya yang terus ditunjukkan dari generasi ke generasi. Pelangi itu menegaskan bahwa Allah sendiri telah berjanji tidak akan pernah lagi menghancurkan bumi dan membinasakan semua mahluk dengan banjir. Pelangi adalah tanda bahwa Allah itu Maha Setia, terpujilah namaNya.
Menyangkut sisa hidup Nuh, ada banyak yang bisa kita ceritakan, tapi kita tidak punya waktu. Itu semua ada dalam kitab suci Taurat buku kejadian, pasalnya yang ke 9. Di sana kita diberitahu bahwa Nuh masih hidup 350 tahun lagi setelah air bah, dan dia sudah sangat tua waktu dia masuk ke Firdaus dan tinggal di sana bersama -sama Allah.
Kita mungkin dapat meringkaskan pembicaraan kita tentang Nuh nabi Allah ini dengan satu atau dua pertanyaan.Yang pertama, apa yang membuat Nuh berbeda dari orang-orang lain di jamannya? Apa yang Nuh bikin sampai dia mendapat kemurahan Allah? Hanya satu saja yang dibuat Nuh yaitu: Nuh menundukkan diri kepada Sabda Allah.Karena inilah, Nuh tidak mati bersama-sama generasinya dalam banjir besar. Dengarlah apa yang dikatakan Allah tentang Nuh, seperti yang tertulis dalam kitab suci :” Tanpa iman, tidak mungkin seseorang dapat menyenangkan hati Allah. Karena iman, maka Nuh waktu diperingatkan tentang hal-hal yang belum kelihatan, dengan rasa takut yang suci membuat kapal untuk menyelamatkan keluarganya. Dengan imannya dia menghukum dunia dan menjadi pewaris dari kebenaran Allah. Ini berarti warisan Nuh adalah dibenarkan oleh Allah, ini didapatkannya lewat iman kepada Allah.
Ada dua hal yang ingin kami ingatkan sebelum kita berpisah hari ini, yaitu apa yang membuat Nuh menyenangkan hati Allah? Pertama, imannya. Nuh percaya kepada Allah dan dia tunduk pada perkataan Allah. Nuh menaruh keyakinan yang besar pada Allah dan SabdaNya, biarpun generasi di jaman Nuh hidup betul-betul bertolak belakang dari ketentuan-ketentuan Allah. Karena imannya, Allah melepaskan Nuh dari hukuman yang harus diterima oleh orang-orang lain di jamannya. Saudaraku, sahabatku, engkau yang mendengarkan siaran hari ini, apakah engkau sungguh-sungguh mempercayai apa yang telah Allah katakan? Adalah kehendak Allah bagi kita semua untuk percaya pada sabdaNya seperti Nuh.
Yang ke dua yang harus kita ingat adalah bahwa ada hal lain yang lebih penting dari iman Nuh. Tahukah engkau apa itu? Kesetiaan Allah. Kenapa kesetiaan Allah lebih penting dari iman Nuh? Karena kalau Allah itu tidak setia memelihara perjanjian kekal dan janji-janji lain yang dibuatNya, iman Nuh kepada Allah sama sekali tidak akan menghasilkan apa-apa. Kita tahu apa artinya mempercayai orang yang tidak bisa dipegang janjinya. Hanya kekecewaan yang akan kita dapatkan. Kekecewaan kita adalah karena kita mempercayai seseorang yang tidak setia. Tapi Allah tidak begitu. Kitab suci berkata: “Biar pun kita tidak setia, Allah tetap setia” . Ayat lain bilang: manusia itu seperti rumput dan kemuliaannya seperti bunga di padang, rumput menjadi layu dan bunga-bunga berguguran, tapi sabda Allah tetap teguh untuk selamanya.
Saudaraku Allah akan melakukan apa yang telah dijanjikannya. Ayat suci Allah menjanjikan: “Barangsiapa yang percaya pada Allah tidak akan dikecewakan”. Dalam cerita tentang nabi Nuh, dengan jelas kita bisa lihat, bahwa Allah melakukan semua yang telah Ia janjikan. Kita mempunyai janji Allah. Kita sudah lihat juga bahwa waktu Nuh mempersembahkan korban darah dari binatang, Allah menyukai korban itu dan mengampuni dosanya. Karena Nuh melakukan apa yang Allah perintahkan. Dan kita juga telah belajar, bahwa Allah menempatkan pelangiNya di langit supaya Nuh dan semua manusia tidak pernah lupa bahwa Allah itu setia.
Oh saudaraku, kalau pun anda lupa tentang semua yang kita bicarakan hari ini, janganlah melupakan satu hal ini yaitu: Allah itu setia. Dia tidak bisa menarik janjiNya, Dia akan melakukan apa yang telah Dia janjikan, biar pun kelihatannya Allah berlambat-lambat melakukannya. Sebab itu mari kita selalu mempercayai dan menerima sabdanya dengan kerendahan hati. Marilah kita hidup seperti nabi Nuh, yang mempercayai sabda Allah biar pun semua orang di sekitarnya tidak mau percaya. Karena akibat dari tidak percayanya, mereka mengalami kebinasaan.
Disinilah kita akan berpisah hari ini. Terima kasih sudah mendengarkan siaran ini. Pada pertemuan yang akan datang, insya Allah akan kita lihat apa jadinya keturunan Nuh itu dan belajar tentang kenapa ada begitu banyak bahasa di dunia ini. Kalau anda mempunyai pertanyaan tentang apa yang telah anda dengarkan hari ini, jangan ragu untuk melayangkan surat kepada kami dalam program Jalan ke Surga Telah Rata . Allah memberkati anda saat anda mengingat kebenaran dari sabdaNya: Allah itu setia... siapa saja yang percaya padaNya tidak pernah akan dikecewakan. Sampai jumpa pada siaran mendatang. Wassalam.